Senin, 23 Mei 2011

Menulis adalah panggilan

Menulis adalah panggilan

Waktu masih duduk di bangku madrasah tsanawiyah dulu aku pernah berkirim surat pada seorang menteri bermodalkan alamat beberapa menteri yang tertera di buku agenda kerja seorang teman yang diberikan ayahnya. Tidak hanya saya tapi juga dengan dua orang teman lainnya. Waktupun berlalu aku sudah tidak ingat lagimasalah surat yang pernah dikirimkan dulu sampai bapakku yang memberitahukan bahwa ada wesel dari bapak menteri, kaget bukan main. Bapak memberikan uang dari pak menteri utuh semuanya dan berpesan belilah apa saja yang kau inginkan dengan uang itu ujar bapakku. Karena SPP adalah tanggung jawabku ujarnya. Aku teringat dulu isi surat tersebut adalah minta dana untuk bayar SPP. Sampai sekarang selalu teringat tulisan pertamaku itu pada bapak menteri yang sekarang sudah meninggal.

Aku tinggal di pesantren yang kegiatannya lumayan padat. Pada peringatan hari besar diadakan kegiatan lomba cerpen antar kamar, aku diminta sama teman-teman sekamar untuk membuat cerpen, bingung bikin cerpen bagaimana, dengan modal beberapa majalah islami yang kumiliki aku coba kembali membaca cerpen-cerpen karya para penulis hebat. Mulailah aku menulis cerpen tentang kehidupan santri, dulu komputer belum masuk ke pesantrenku jadilah semua ditulis dengan tangan. Alhamdulillah cerpenku juara 1.

Selang berlalu memasuki bangku kuliah aku tidak pernah bikin tulisan-tulisan kecuali tulisan di laporan praktikum dan sesekali di buku pribadiku. Melukisakan perasaan anak rantau yang jauh dengan kampung halaman. Dan terakhir adalah tulisanku untuk mendapat gelar sarjana, skripsi sebuah tugas akhir.

Menyandang gelar sarjana tapi belum mendapatkan pekerjaan membuatku kembali rajin menulis, menuliskan tentang perasaan seorang gadis yang belum bekerja dan dikejar-kejar dengan umur yang belum menikah disaat ada seorang laki-laki yang datang hendak melamar. Semua kutuliskan dalam buku diariku.

Kini setelah berkeluarga punya anak dan menjadi aktivis sebuah LSM banyak sekali yang ingin kutuliskan.

Menuliskan tentang gaya komunikasiku dengan suami yang beda suku. Menuliskan tentang bagaimana cara agar masakanku seenak masakan ibu mertua agar suami senang. Menulisakan bagaimana agar anak-anakku kelak menjadi sebab aku masuk pada jannah-Nya.

Menuliskan tentang moral anak bangsa zaman sekarang yang semakin jauh dari nilai-nilai agama sementara pelajaran agama hanya 1 kali dalam sepekan.

Aku ingin menuliskan pristiwa saat-saat melakukan perjalanan di kota Jakarta yang super macet dengan menggunakan kendaraan umum yang sudah sangat tidak layak jalan apalagi lulus uji emisi (jauh banget), yang bau dan sering mogok dan juga dikendalikan oleh supir yang masih sangat muda yang sering ugal-ugalan di jalan sehingga bila ada seorang ibu yang membawa anak harus berteriak untuk hati-hati karena bisa-bisa si ibu jatuh dan anaknya lepas.

Ketika melihat kesenjangan di kota Jakarta ini ingin kutulis tentang apartemen yang tinggi tetapi di belakang apartemen hidup warga asli Jakarta dalam kemkumuhan. Ingin kutuliskan tentang para pengamen yang sangat banyak,mulai dari benar-benar mengamen dengan membawa semua peralatan musik (gitar, drum dll) sampai seorang bocah yang bermodal botol air kemasan dan bernyanyi tapi tak terdengar apa yang dia nyanyikan.

Ketika negeri ini menjamur koruptor-koruptor padahal kemiskinan terjadi tak jauh dari kantor para koruptor aku sangat ingin menulis walau hanya di status Facebook.

Ketiak seorang penulis yang sangat kusuka karyanya meninggalaku ingin sekali menulis tentangnya, jadilah aku menulis tentang Nurul F Huda dan kuposting di blogku yang belum ramai tulisan.

Ketika seorang perempuan hebat yang menjadi teladanku, idolaku yang mempunyai karakter kuat dan aku sangat sedih karena belum banyak ilmu yang kudapat darinya dan meninggal kemarin...mendesak-desak air mata dan jari jemari ingin menulisakn tentang dirinya.

Menulis untuk bisa menghasilkan amal yang tak putus sampai aku matipun, agar menjadi alasan aku bisa memasuki syurga-Nya.

Menulis ketika ada lomba menulis, biarpun belum pernah menang tapiaku tetap mengikuti lomba, agar tulisanku semakin terasah dan bisa introspeksi bila kalah.

Menulis adalah panggilan yang seakan tak pernah berhenti memanggil sampai aku benar-benar menuliskannya. Aku sadar sekali tulisanku hanya bisa dimengerti olehku karena itu agar bisa dibaca orang aku harus terus belajar bagaimana menulis yang benar. Aku cari-cari kursus menulis yang murah dan tak perlu keluar rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah berkunjung, semoga indah dikenang dan bermanfaat :) salam