Usianya belum genap 7 bulan, ketika Fityan anak pertamaku terkena diare yang memungkinkan dia harus dirawat karena banyak kehilangan cairan. Badannya lemas, nafsu makannya kurang, mata cekung, perutnya sepertinya sakiiit banget. Padahal Fityan anak yang ceria. Memang sudah 2 hari ini Fityan pub terus, kadang sampai berwarna hijau dan tidak lagi keras teksturnya namun encer. Karena sangat khawatir kutelepon suami yang sedang PTT di daerah, dia nyuruh bawa ke dokter.
Sambil membersihkan pubnya aku coba flashback, kenapa Fityan kena diare?apa yang salah? Apakah salah makan? sepertinya tidak karena Fityan makan yang biasa dimakan dan masakan rumahan bikinanku atau neneknya. Kemarin Fityan ikut aku pengajian, jalanan Jakarta sepi banget karena baru saja ibukota ini dilanda banjir hebat 5 tahunan, dimana sebagian Jakarta terendam. Kami pergi naik taxi pulangnya naik bajaj karena sangat susah mendapatkan taxi apalagi angkutan umum semacam angkot , jadilah kami berdua naik bajaj yang super berisik dan super bau (karena sudah berumur J)
Apakah mungkin Fityan sakit seperti kata-kata orang tua zaman dulu karena mau tambah pintar? bisa jalan atau bisa bicara, hah ini diare belum berhenti sudah 3 hari. Ya Allah bagaimana ini, aku panik mana suami sedang PTT di daerah terpencil sana. Tidak bisa dihubungi karena sering tidak dapat sinyal.
Malamnya Fityan kubawa ke dokter yang lumayan jauh, mencari dokter yang ”bagus” berbekal referensi seorang teman. Wuih antrian pasien sampai ruang tunggu penuh banget, banyak yang sakit, itulah hikmahnya jika ke RS, di rumah merasa sakit yang kita rasakan begitu berat tapi ketika di RS tidak seberapa dibanding mereka yang kena tabrakan, ada yang di amputansi, macem-macem deh ngeri banget.
Setelah menunggu hampir setengah jam lebih, akhirnya dipanggil juga nama Fityan. Dokter menanyakan keluhan Fityan dengan senyum khas dokternya. Dokter memeriksa perut Fityan dan langsung menuliskan resep. Sudah seperti itu sajaka? Hah diluar menunggu setengah jam di dalam bersama dokter tidak sampai lima menit selesai, bayar mahal pula. Mungkin karena pasien yang banyak sehingga dokter harus membagi waktu, terima sajalah (dalam hatiku, seraya berdoa agar suamiku jangan seperti itu pada pasiennya).
Setelah sehari minum obat, Fityan masih mencret-mencret juga. Tetangga yang punya anak sebesar Fityan juga anaknya terkena diare tapi sudah sembuh. Aku coba tanya-tanya, akhirnya kuputuskan untuk membawa Fityan kembali ke dokter-nya tetangga. Kembali dengan ditemani ibuku kubawa Fityan berangkat ke dokter. Tidak terlalu lama kami menunggu giliran dipanggil masuk ruangan dokter. Dokternya sudah senior (dari segi umur juga pengalaman, menurutku). Fityan diberi resep dan dokter tersebut berpesan jangan sering pakai diapers sekali buang, kalau terpaksa pakai tetap harus sering ganti bila kotor (aku setuju banget, karena memang menjadi sampah dan tidak aman di kulit).
Sampai sore setelah semalam minum obat Fityan masih juga mencret-mencret dan bertambah lemas. Alhamdulillah akhirnya suamiku datang dari PTT-nya, setelah melihat kondisi anaknya suamiku mengajak kami ke rumah sakit, karena menurut naluri kedokterannya Fityan sudah banyak kehilangan cairan. Dengan perasaan yang tidak menentu (deg-degan, keringat dingin, lemes dll) kami berengkat ke RS terdekat dimana dokter terakhir yang memeriksa Fityan praktek disana. Dokter memeriksa dan akhirnya Fityan disarankan untuk dirawat karena sudah banyak kehilangan cairan. Fityan diinfus (aku tak tega dengar tangisannya ketika perawat memasukkan jarum infus ke kakinya), kenapa di kaki karena di tangan sulit menemukan vena pembuluh karena lagi kata perawatnya Fityan gemuk. Alhamdulillah akhirnya jaum itu bisa juga masuk di kaki anakku. Bagiku sekarang Fityan sudah ditangani dengan baik hatiku sudah tenang.
Setelah satu jam di infus Fityan sudah terlihat segar dan mau bermain padahal sudah malam dan dengan jarum infus yang masih terpasang di kaki. Saking lincahnya Fityan bermain, baru satu malam di RS jarum infus lepas, suamiku cepat-cepat memanggil perawat. Beberapa perawat mencoba untuk memasukkan kembali jarum infus tapi tidak ada yang berhasil, akhirnya suamiku menghubungi dokter yang menangani Fityan. Terlihat kecemasan di wajah suami. Ternyata kata perawat jika jarum infus tidak bisa dimasukkan melalui tubuh bagian luar maka harus dimasukkan lewat dalam (aku lupa istilah kedokterannya) dan ini dilakukan di ruang operasi. Ya Allah masa anak yang baru mau menginjak usia 7 bulan harus dioperasi? Terbayang Fityan mesti dibius, para dokter pake baju khusu ruang operasi, hah ngeri banget. Kupanjatkan doa-doa pada-Nya. Akhirnya Dokter menyarankan kami untuk pindah ke RS khusus anak. Bismillah untuk kesembuhan anakku kami pindah, aku menghubungi kakeknya Fityan untuk meminjam mobilnya.
Jam 11 malam kami baru tiba di RS anak. Tidak menunggu lama setelah mengisi formulir pasien, Fityan dibawa masuk keruangan UGD yang ternyata disana sudah banyak anak yang menderita diare. Kata petugas RS memang sedang KLB (Kejadian Luar Biasa) karena banjir . Ya Allah sembuhkanlah anakku (selalu setiap kuingat kupanjatkan doa ini sambil menggendong Fityan.
Di ruangan UGD aku sangat cemas dan takut bila memang Fityan diinfus harus masuk ruang operasi (terbayang lagi dokter yang memakai baju ruangan operasi dan segala perlengkapan yang wajib steril). Fityan ditidurkan di kasur pasien dan dua orang perawat dengan wajah yang biasa saja (tidak ketakutan sepertiku) langsung menusukkan jarum infus di tangan Fityan. Syukur alhamdulillah tidak perlu dengan jalan operasi jarumnya bisa masuk dengan lancar,ini ksn RS khusus anak. Mungkin perawat disini sudah baisa menangani anak-anak jadi tidak susah mencari pembuluh vena untuk memasukkan jarum infus. Kami masuk kamar pasien dengan tenang.
5 hari Fityan dirawat di RS, dokter belum juga membolehkan Fityan pulang Suamiku membujuk dokter agar bisa dirawat di rumah saja, dengan berat hati dokternya Fityan membolehkan. Alhamdulilah akhirnya bisa kembali ke rumah, walau tetap masih harus mengkonsumsi obat, obat yang jadi kesukaan Fityan adalah Lacto B (semacam probiotik yang berisi bakteri asam laktat) sampai sekarang Fityan doyan. Saran dokter untuk tidak mengkonsumsi susu lain selain ASI atau susu khusus penderita diare. Aku gak repot dong, kan dai Fityan lahir langsung kubeikan ASI dan belum pernah minum susu sapi. ASI, ya ini adalah minuman kesukaan Fityan yang aku sangat bersyukur banget bisa memberikannya. Ada hikmah di balik musibah, kami sebagai orang tuanya mencoba mengambil hikmahnya. Salah satunya adalah Allah mengeluarkan penyakit dalam tubuh Fityan dengan cara-Nya. Penyakit yang berupa virus dan bakteri tersebut dikeluarkan terus menerus sebagai mekanisme pertahanan (kata dokter). Apa jadinya bila penyakit tersebut tidak dikeluarkan, mungkin virus dan bakteri akan berkembang biak dan menjadi penyakit yang lebih parah nantinya. Sampai sekarang bila Fityan pub lebih dari 1 kali saja aku mulai cemas dan selalu memanjatkan doa : Ya Allah plis jangan diare lagi, aku sedih bila melihat Fityan lemas karena diare.
sekarang, aku benar-benar hati-hati, tangan Fityan harus dicuci kalau sudah bermain. mau makan dan minum tangan dicuci. kalau banjir usahakan tidak keluar rumah karena penyakit pasca banjir siap mengahdang, sebelum datang penyakit kita yang harus siap siaga. maunya tidak banjir. bila diare datang berikan minum yang banyak, lacto B atau seduhan daun jambu kulutuk pun bisa jadi pertolingan pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah berkunjung, semoga indah dikenang dan bermanfaat :) salam