Rabu, 18 Mei 2011

Ingin Ku

Ku ingin...

diciptakan alam pria dan wanita

dua makhluk dalam asuhan dewata

ditakdirkan bahwa pria berkuasa

adapun wanita lemah lembut manja

wanita dijajah pria sejak dulu

dijadikan perhiasan sangkar madu

namun ada kala pria tak berdaya

tekut lutut di sudut kerling wanita

Lirik lagu di atas kudengarkan pertama kali antara tahun 2001 dan 2002 (lupa) semasa masih menjadi mahasiswi. Waktu itu aku coba mencermati kenapa orang bisa bikin lagu seperti ini. Kini aku banyak mendapatkan jawaban. Dari berbagai media dan pengalaman banyak teman. Banyak perempuan yang hanya mengandalkan kecantikan luar daripada kecerdasan hidupnya apakah itu cerdas spiritual, cerdas finansial dan ebrbagai kecerdasan lainnya. Banyak perempuan memanfaatkan kelemahan tubuhnya untuk tidak berbuat banyak bagi diri dan lingkungannya. Bersyukur aku menjadi perempuan yang dihargai oleh orang-orang di sekelilingku. Aku tidak ingin menjadi perempuan yang digambarkan dalam lagu tersebut. Aku ingin menjadi perempuan seperti Aisyah RA yang cerdas, seperti Khadijah Al Kubra yang pengusaha dan seperti Ummu Salamah yang bijaksana. Mmm terlalu melambung. Minimal merekalah teladanku bukan perempuan yang digambarkan dalam lagu diatas.

Selepas kuliah, seperti halnya fresh graduate lainnya yang keliling menenteng ijazah memasukkan lamaran dari satu instansi ke instansi yang lain. Beberapa aku sempat ikut tes namun banyak yang kutinggalkan karena tidak sesuai dengan citaku. Menjadi guru sebuah sekolah swasta yang diisi anak-anak orang kaya dan cemerlang sampai menjadi guru privat pernah kusandang. Sempat juga hampir menjadi sebuah agen asuransi yang masa itu belum marak asuransi syariah. Sempat juga beberapa kali ikut tes PNS tapi Allah berkehendak lain.

Lamaranku di beberapa instansi tidak ada kabar, sampai aku mendapat panggilan dari sebuah perusahaan besar yang memintaku menjadi seorang manajer keuangan, menjadi seorang chef, guru dan banyak lagi yang harus dilakukan apabila aku penuhi panggilan ini, dengan perjanjian penghargaan yang sangat besar. Apa aku harus menerimanya? Teringat sebuah hadits yang isinya memerintahkan kita sholat 2 rakaat dan berdoa minta pada Sang Pemilik diri ini ketika dilanda kegelisahan untuk menentukan pilihan.

Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak. Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebut urusan tersebut) baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku (baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, takdirkanlah yang terbaik bagiku di mana pun itu sehingga aku pun ridho dengannya.”

5 tahun berlalu rasanya baru kemarin beberapa orang memberi kami ucapan selamat dan doa keberkahan. Kini aku sedang menjalani multi profesi. Aku telah menjadi seorang guru yang muridnya sering tanya, menjadi pengelola keuangan yang harus pintar bersiasat agar tak kurang di akhir bulan karena penghasilan suami masih harus dibagi untuk kuliah lanjutannya, menjadi chef yang masih sering tanya resep pada Chef Google atau teman-teman yang subhanallah ternyata pada pintar masak. Menjadi psikolog anak yang selalu harus siap dengan curhatan kedua anak-anak yang bertambah hari bertambah umur juga bertambah komplek masalahnya. Menjadi cleaning service agar setiap sudut rumah selalu terlihat kinclong. Menerima laundrywomen yang menerima berbagai jenis barang yang mesti dicuci. Dan aku harus punya banyak kesabaran untuk melakukan itu semua juga kecerdasan untuk menyiasatinya. Ya sekarang profesi ku adalah ibu rumah tangga plus, plus karena masih punya profesi lainnya seperti beraktivitas sosial untuk berbagi dengan masyarakat . Alhamdulillah kini ada asisten rumah tangga untuk melakukan itu semua. Sehingga terasa lebih ringan.

Ketika masih lajang aku memikirkan profesi ibu rumah tangga adalah profesi yang mudah. Mencuci dan menyetrika baju tinggal ke loundry atau cari pembantu, memasak dan membersihkan rumah juga demikian serahkan saja pada mereka. Mudah bukan? Anak-anak bila kita punya akivitas diluar tinggal titipkan pada day care atau lagi-lagi titip pembantu. Kenyataan sekarang tak semudah membayangkan dahulu di kala lajang. Mendidik anak dengan kesabaran yang masih harus kuusahakan, menjadi teman bagi mereka agar tidak lari pada teman yang salah yang akhirnya menjadi salah pergaulan yang berakibat pada masa depannya. Menjadi sahabat bagi suami, menghargai segala usahanya, tempat menerima segala keluh dan kesahnya, tempat berbagi berbagai hal.

Untuk menjalani profesi itu semua dan untuk mendapatkan penghargaan yang sangat besar aku harus banyak belajar, pada siapapun yang ditemui dan pada apapun, apakah itu buku atau pakar dan memanfaatkan kecanggihan teknologi (internet). Tidak semudah apa yang kubayangkan dahulu, dan sekarang aku harus menjalani semua itu dengan suka cita dan kesabaran yang super. Ku jalani profesi ini sampai perusahaan besar ini diambil oleh Sang Pemilik saham satu-satunya (Allah SWT). Ku ingin agar anak-anak bisa menjadi washilah aku masuk surga, dan suami ridlo padaku dan agar ALLAH menempatkan surga di telapak kakiku dan memasukkanku pada surga-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah berkunjung, semoga indah dikenang dan bermanfaat :) salam