Oleh : Mandira Bienna Elmir&Tatty Elmir.
Saudaraku, anakku para Ibu, calon Ibu….dan wanita mulia sedunia.
Sengaja pesan ini ditulis dengan bahasa Ibu kami,
Karena Ibu..penguasa kata-kata,
Karena kata-kata melahirkan bahasa…dan bahasa adalah masalah rasa.
Dan rasa itu pula yang kini menyatukan kita, dalam berita, airmata dan doa.
Ketika para pemimpin adi kuasa di luar sana,
Masih saja duduk bersekutu dalam koloni yang mati RASA.
Mohon maaf..kepada yang terhormat Ibu Condoleezza dan Ibu Hillary
Silakan minggir dahulu. Kalian berdua sungguh tak layak disebut ibu.
Karena Ibu adalah bahasa, dan bahasa adalah RASA.
Entah kemana rasa itu,
Ketika kalian dengan wajah dingin tawar tak berasa,
Menatap foto balita yang ditembak serdadu zionis…..pas di kepala.
Darah dan otak balita itu berhamburan ke mana-mana,
Lalu diseka sang kakak yang juga kanak-kanak, kini dipaksa hidup sebatang kara.
Entah ke mana rasa itu….
Ketika Ibu yang tengah hamil 7 bulan menjadi target serdadu gergasi
Yang dengan pongah meneriakkan “Yes…One Shoot…two killed”.
Entah kemana rasa itu….
Ketika kalian berdua acuh tak acuh menatap gambar di televisi….
Puluhan bocah menjerit kesakitan dengan sekujur kulit melepuh,
Diterpa hujan bom fosfor, di tengah reruntuhan rumah mereka
Yang kalian luluh lantakkan dengan aneka mesin perang durjana itu.
Entah kemana rasa itu kau gadaikan
Ketika engkau berdua menghantarkan rasa sakit bocah-bocah itu menjelang maut,
Dengan telunjuk kiri menghujat…”Mereka teroris…memang pantas mendapatkannya”.
Entah kemana rasa keperempuanan dua wanita yang tercitra terhormat
Tapi telah melepah kehormatan dirinya sendiri,
Dengan bahasa indah bermahkota darah,
Menyebut pembunuh maha keji
sebagai korban yang hanya sekedar membela diri
Saudaraku, anak-anakku, para Ibu, calon Ibu…. dan wanita mulia sedunia.
Sengaja kami tulis pesan ini dengan bahasa Ibu kami,
Karena Ibu..adalah bahasa…dan bahasa adalah rasa.
Dan rasa itu pula yang kini menyatukan kita, dalam berita, air mata dan doa.
Yang tak surut oleh upgrade status Palestina di perserikatan bangsa-bangsa,
Karena penindasan tidak lenyap serta merta
Gencatan senjata yang selalu dilanggar adanya
Akan terus mencerabut paksa anggota keluarga dari orang yang dicinta.
Yang jenazahnya, mereka sebut bilangan angka tak bernama.
Apa beda anak Palestina dan anak-anak di negara lainnya ?
Mengapa pasal pemenuhan hak anak tak menyapa negeri ini ?
Mana "Save The Children" yang selama ini merdu didendangkan ?
Mana hak asasi yang selalu mereka diktekan ?
Mana…mana keadilan yang katanya wajib ditegakkan?
Bukalah tudung hitammu itu anakku,
Sonsong mentari pagi…jelajahi dunia dengan nyanyian duka-cita ini.
Hidupkan lagi RASA, dan kobarkan kemuliaan dalam nurani yang menyala
Lawan kesaktian zionis dengan ke-dua belah tangan dan sepuluh jemari
di setiap kicauan dunia maya tak bertepi.
Jika doa sebagai selemah-lemahnya iman kau yakini.
Jika memang kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,
Jika memang penjajahan di seluruh muka dunia harus dihapuskan,
Jika memang pembantaian atas warga sipil itu kejahatan,
Jika memang pembunuhan anak-anak itu di luar batas kemanusiaan
Maka …..Melangkahlah…
Nyanyikanlah teruuus…Kumandangkanlah lagi…
kumandangkanlah
Bahwa diam adalah mati.
Bahwa berani itu adalah hidup.
Teriakkan kepada dunia, teriakkaaan
Bahwa setiap tetes darah para syuhada
Yang jatuh tumpah di tanah Palestina
Akan menjelma menjadi darah juang baru
Yang datang menderu-deru dari seluruh penjuru
Itu takkan pernah ku ragu !.
*****
(Didedikasikan buat Malam Sastra Untuk Palestina
Dalam Rangka memperingati Hari HAM sedunia
Jakarta , 10 Desember 2012)
kena banget ni kata-katanya...sangat bagus sekali, semoga surat ini sampai kepada wanita mulya sedunia..(amin)
BalasHapusJasa mu abadi.. semoga engkau selalu dalam keselamatan..
BalasHapusbaguus bgt kata-katanya :)
BalasHapus
BalasHapuside yang sangat kreatif dn inofatif obat paru paru basah
Saya terharu membaca surat di atas
BalasHapusartikel nya bagus..
BalasHapussemoga sukses :)
Sangat terharu
BalasHapus